1. 4 Hari Dipasang Perangkap Buaya di Aceh Timur Belum Berhasil Setelah 4 Hari, Warga Masih Trauma
Gunung Sitoli News 4 Hari Dipasang Meski perangkap besi yang dilengkapi umpan sudah dipasang sejak Selasa (24/6), buaya di perairan Gampong Leubok Pempeng belum juga tertangkap hingga Jumat (27/6). Warga pun masih enggan turun ke sungai karena rasa takut yang mendalam.
Sekdes Wahyu menjelaskan kepada Serambinews.com bahwa buaya sempat masuk perangkap namun kemudian lolos. Sejak insiden tragis 21 Juni lalu, warga bahkan tidak berani mandi, apalagi mencari kerang (pempeng).
Sementara itu, Kepala SKW I Lhokseumawe, Teuku Irmansyah, menyatakan perangkap sempat berhasil menangkap predator tersebut secara temporer, namun buaya panik akibat kerumunan dan bahu-membahu sehingga bisa melarikan diri.
Hingga saat ini, belum ada alternatif strategis yang diambil oleh instansi terkait selain pemasangan perangkap. Kondisi ini meninggalkan trauma mendalam yang terus membayangi aktivitas warga di sepanjang sungai.
2.Trauma dan Kehidupan Stagnan: Warga Leubok Pempeng Kehilangan Sungai
Warga kini semakin menjaga jarak dari sungai, bukan sekadar due to fear, tapi juga karena kehilangan sumber mata pencaharian seperti panen kerang.
“Sungai itu hidup kami, dan sekarang kami dilema,” ucap Wahyu, Sekdes. Dulu, anak-anak mandi dan keluarga berkumpul di tepian. Kini, bahkan mandi bersama menjadi hal yang tidak berani mereka pikirkan.
Perangkap memang sempat “melilit” buaya, namun tekuatnya kerumunan warga membuat si buas panik dan lolos. Proyek konservasi dan penangkapan pun terhenti tanpa strategi baru.
Dengan trauma mengakar, warga berharap solusi lebih menyeluruh: edukasi bahaya buaya, pemasangan tanda peringatan permanen, atau relokasi. Karena sungai bukan hanya tempat bermain––ia adalah nadi budaya dan ekonomi masyarakat Leubok Pempeng.
Baca Juga: Game 4 Pulau, Siapa Kalah, Siapa Menang, Siapa-siapa Saja Tokohnya?
3. 4 Hari Dipasang Perangkap Mandek, Waktu Berlalu: Aceh Timur Butuh Solusi Holistik
Ini bukan soal perangkap gagal, melainkan soal pendekatan yang belum optimal.
Sekali pun buaya masuk perangkap, kerumunan membuatnya panik lalu lepas. Ini menunjukkan ketidaksiapan institusi dalam memastikan keberhasilan pada tahap penyergapan.
Dampaknya bagi warga, sungai adalah sumber nafkah dan budaya. Ketakutan membuat mereka menjauhi aktivtias tradisional seperti mencari kerang, bahkan mandi sungai.
Solusi terbaik seharusnya meliputi:
-
Pemasangan perangkap tambahan dengan pengamanan area sehingga tidak ada gangguan kerumunan.
-
Edukasi warga tentang perilaku buaya serta prosedur aman.
Hal terpenting adalah pendekatan holistik—teknis dan sosiologis—untuk mengembalikan rasa aman dan fungsi sosial-hayati sungai bagi masyarakat Leubok Pempeng.